Tradisi, Budaya, dan Ketahanan Pangan: Bupati Ngawi Ony Bersama Wabup dan Sekda Ajak Bersinergi di Puncak Wayang “Dewa Ruci”

Tradisi, Budaya, dan Ketahanan Pangan: Bupati Ngawi Ony Bersama Wabup dan Sekda Ajak Bersinergi di Puncak Wayang “Dewa Ruci”

Ngawi, Ramahpublik. Com-8 Juli 2025 — Dalam rangka memperingati Hari Jadi ke‑667, Kabupaten Ngawi menghadirkan pagelaran wayang kulit “Dewa Ruci” yang sarat makna dan nilai sosial. Malam ini (Selasa, 8/7) panggung utama dipusatkan di Alun-Alun Ngawi sejak pukul 19.00 WIB, dengan pesona budaya dan karakter penting daerah. Tiga dalang—Ki Joko Klenteng, Ki Alek Sabdo Budi Utomo, dan Ki Bambang Triatmoko—membawakan lakon klasik, dibalur dengan musik tradisional Cak Dodok dan Cak Komet.

Momen penting terjadi ketika Bupati H. Ony Anwar Harsono, ST, MH,Wakil Bupati Dr. Dwi Rianto Jatmiko,MH, MSi dan Sekda Drs. Mokh Sodiq Triwidiyanto, Msi secara simbolis memberikan wayang kepada setiap dalang. Penyerahan ini diyakini membawa makna strategis: mewariskan nilai filsafat “manunggaling kawula lan gusti” serta komitmen penguatan karakter masyarakat melalui budaya.

Pagelaran menjadi medan simbolis memperkuat tiga pilar visi daerah:

1. Spiritual & Identitas Lokal – Lakon “Dewa Ruci” mengajak penonton merenungi jati diri, pengendalian hawa nafsu, dan kedekatan spiritual; meneguhkan pondasi moral pembangunan daerah

2. Ketahanan Pangan & Ekonomi Kreatif – Berbarengan dengan tema “Ngawi Tumbuh, Pangan Tangguh, Indonesia Emas 2045”, wayang menjadi sarana edukasi nilai-nilai kebijaksanaan petani dan pelaku UMKM dalam menjaga pangan lokal.

3. Sinergi Sosial & Generasi Unggul – Penyerahan wayang menekankan kepedulian pemerintah terhadap seniman lokal sebagai agen budaya, sekaligus memperkuat harapan lahirnya generasi berkarakter.

Bupati Ngawi H. ony Anwar Harsono, ST, MH saat membuka Pagelaran wayang semalam suntuk dengan 3 dalang kondang

“Kita berharap budaya bukan hanya hiburan, tetapi motor penyeimbang pembangunan—dengan SDM unggul, gizi baik, dan karakter budi luhur,” ucap Bupati H. Ony Anwar Harsono, ST, MH di sela acara.

Pagelaran malam ini membawa kontinuitas acara rutin seperti ziarah leluhur (2 Juli), jamasan pusaka (3 Juli), malam tirakatan (6 Juli), dan upacara puncak 7 Juli . Semua terangkai dalam spirit “guyub rukun” dan dorongan untuk menjadikan tiga generasi anak Ngawi — lahir, batin, cerdas, berahlak — sebagai calon pemimpin daerah yang mampu melampaui capaian pendahulu mereka.

Acara ini ditutup dengan harapan besar: lewat budaya dan spiritualitas, masyarakat Ngawi akan tumbuh sebagai daerah yang sejahtera, religius, dan terus berkontribusi bagi visi Indonesia Emas 2045.(kurnia/Adv)